Pendahuluan
Pembelajaran
adalah suatu proses untuk merubah perilaku peserta didik. Dalam pembelajaran
terjadi suatu proses panjang agar tujuan yang dicapai memenuhi harapan yang
ingin dicapai. Pembelajaran yang menjadikan peserta didik dapat merubah
perilaku terkadang memiliki beberapa kendala sehingga tujuan yang ingin dicapai
tidak mengalami perubahan. Berangkat dari kendala-kendala yang ada pada peserta
didik, kami akan menjabarkan beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi dalam
proses belajar siswa.
Pembahasan
Dalam proses
pembelajaran sering dipahami bahwa di dalamnya terjadi interaksi guru dan siswa
dan antara sesama siswa untuk mencapai suatu tujuan yaitu terjadinya perubahan
sikap dan tingkah laku siswa. Pembelajaran berupaya mengubah siswa yang belum
terdidik menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan
tentang sesuatu menjadi siswa yang memiliki pengetahuan, siswa yang masih
memiliki sikap (tingkah laku) negative menjadi sikap positif (lebih
diutamakan).Dari proses tersebut dipastikan akan timbul kendala-kendala yang
dapat menyebabkan menurunnya minat belajar siswa. Salah satunya pada aspek
psikologis.
Banyak
faktor yang mempengaruhi aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas dan
kuantitas peroleh belajar siswa. Namun, di antar faktor-faktor rohaniah
siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai
berikut :
1.
Intelegensi
siswa (tingkat kecerdasan)
2.
Minat
3.
Bakat
4.
Sikap siswa
5.
Motivasi
a.
Intelegensi
siswa
Intelegensi
pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksi
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara tepat (Reber,
1988). Jadi, inteligensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja,
melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus
diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan inteligensi manusia lebih
menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan
pengontrol hampir seluruh aktivitas manusia.
Raden Cahaya
Prabu (1986: 45) mengatakan bahwa anak-anak yang taraf inteligensinya di bawah
rata-rata, yaitu dull normal, debil, embicil, dan idiot
sukar untuk sukses dalam sekolah. Mereka tidak akan mencapai pendidikan tinggi
karena kemampuan potensinya terbatas. Sedangkan anak-anak yang taraf
intelingensinya normal, di atas rata-rata seperti superior, gifted atau genius,
jika saja lingkungan keluarga, masyarakat, dan lingkungan pendidikannya turut
menunjang, maka mereka akan dapat mencapai prestasi dan keberhasilan dalam
hidupnya.
Akhirnya
pembahasan ini bermuara pada kesimpulan, bahwa kecerdasan merupakan salah satu
faktor dari sekian banyak faktor yang memengaruhi keberhasilan seseorang dalam
belajar di sekolah.
b.
Minat
Secara
sederhana, minat (interest) berarti kecendrungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Timbulnya minat disebabkan beberapa
hal, diantaranya adalah ingin menaikkan martabat, pekerjaan, serta hidup senang
dan bahagia tentunya.
Menurut (Dalyono, 1997: 56), minat belajar yang besar
cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang
akan menghasilkan prestasi yang rendah.
Cara untuk
menimbulkan minat anak didik terhadap sesuatu dengan memahami kebutuhan anak
didik dan melayani kebutuhan anak didik. Beberapa ahli pendidikan berpendapat
bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang
baru adalah dengan menggunakan minat-minat anak didik yang telah ada.
c.
Bakat
Bakat (aptitude)
adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang dalam proses
belajar untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Memang, bakat
diakui sebagai keahlian tertentu yang dimiliki seseorang sejak masih usia dini,
bahkan sejak lahir. Namun keahlian tersebut masih memerlukan latihan-latihan
supaya keahlian tersebut menjadi lebih matang.
d.
Sikap siawa
Sikap adalah
gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecendrungan untuk mereaksi atau
merespon (respon tendency) dengan cara relatif tetap terhadap obyek
orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
Menurut Bruno
(1987), sikap (attitude) adalah kecendrungan yang relatif menetap untuk
bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu.
Dengan demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap suatu kecendrungan
siswa untuk bertindak dengan cara tertentu.
e.
Motivasi
Pengertian dasar motivasi ialah keadaan
internal organism yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian
ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara
terarah (Gleitman, 1986; Reber,1988)
Adapun bentuk motivasi belajar di Sekolah
dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a) Motivasi
Intrinsik
Motivasi
intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri
yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar. Dalam buku lain motivasi
intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau motivasi
yang erat hubungannya dengan tujuan belajar, misalnya: ingin memahami suatu
konsep, ingin memperoleh pengetahuan dan sebagainya.
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan motivasi
intrinsik adalah:
a. Adanya kebutuhan
b. Adanya pengetahuan tentang kemajuan dirinya
sendiri
c. Adanya cita-cita atau aspirasi.
b) Motivasi
Ekstrinsik
Motivasi
ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang datang dari luar individu siswa, yang
mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Bentuk motivasi ekstrinsik ini
merupakan suatu dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas
belajar, misalnya siswa rajin belajar untuk memperoleh hadiah yang telah
dijanjikan oleh orang tuanya, pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib
sekolah, suri tauladan orang tua, guru dan lain-lain merupakan contoh konkrit
dari motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa untuk belajar.
Dalam
perspektif kognitif, motivasi intrinsik lebih signifikan bagi siswa karena
lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh
orang lain.
Perlu
ditegaskan, bukan berarti motivasi ekstrinsik tidak baik dan tidak penting.
Dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting, karena kemungkinan besar keadaan
siswa itu dinamis berubah-ubah dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam
proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa sehingga siswa tidak
bersemangat dalam melakukan proses belajar mengajar baik di sekolah maupun di
rumah.
Bahwa setiap
siswa tidak sama tingkat motivasi belajarnya, maka motivasi ekstrinsik sangat
diperlukan dan dapat diberikan secara tepat.
Di dalam
kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik
sangat diperlukan. Dengan motivasi, siswa dapat mengembangkan aktifitas dan
inisiatif sehingga dapat mengarahkan dan memelihara kerukunan dalam melakukan
kegiatan belajar.
Kesimpulan
1.
Pembelajaran
berupaya mengubah siswa yang belum terdidik menjadi siswa yang terdidik, siswa
yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu menjadi siswa yang memiliki
pengetahuan, siswa yang masih memiliki sikap (tingkah laku) negative menjadi
sikap positif.
2.
Ada beberapa
faktor psikologi dalam proses belajar, diantaranya:
a.
kecerdasan/
inteligensi siswa adalah kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara tepat.
b.
minat adalah
penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar
diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
c.
bakat adalah
kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada
masa yang akan datang.
d.
sikap siswa
adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecendrungan untuk
mereaksi atau merespon (respon tendency) dengan cara relatif tetap
terhadap obyek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun
negatif.
e.
motivasi adalah
keadaan internal organism yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam
pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku
secara terarah.